Karya Tulis Ilmiah (Jurnal) Optimalisasi Penggunaan Alat Peraga
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA
DENGAN OPTIMALISASI PENGGUNAAN ALAT PERAGA
SISWA KELAS VI SD NEGERI 03 MULYA KENCANA
KECAMATAN TULANG BAWANG TENGAH
KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT
TAHUN PELAJARAN 2016-2017
OLEH
SANJAYA
ABSTRAK
Salah
satu cara untuk membantu para siswa memperjelas konsep dan pemahaman IPA yang
sedang dipelajari pada saat pembelajaran berlangsung adalah dengan menggunakan
alat peraga. Alat peraga berfungsi untuk memperlancar tujuan dari
pelaksanaan pembelajaran di sekolah. Tetapi kenyataannya penggunaan alat peraga IPA pada saat
pembelajaran di sekolah belum membudaya, dalam artian tidak semua guru
memanfaatkan alat peraga yang telah ada dalam proses pembelajaran. Hal ini secara langsung berdampak
terhadap kurangnya pemahaman dan pengalaman belajar siswa sehingga
mengakibatkan hasil belajar siswa menjadi rendah. Sedangkan
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah penggunaan alat peraga dapat meningkatkan hasil
belajar IPA siswa kelas VI SD Negeri 03 Mulya Kencana Kecamatan Tulang Bawang
Tengah Kabupaten Tulang Bawang Barat Tahun Pelajaran 2016-2017?”.
Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui optimalisasi penggunaan
alat peraga dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas VI SD Negeri 03
Mulya Kencana Kecamatan Tulang Bawang Tengah Kabupaten Tulang Bawang Barat
Tahun Pelajaran 2016-2017. Dalam menghimpun data dari lokasi penelitian maka
digunakan beberapa metode, yaitu observasi, praktik dan dokumentasi.
Analisa data dilakukan dengan cara membandingkan hasil yang telah dicapai
dengan kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan. Dari berbagai analisa yang
telah dilakukan terlihat kemajuan hasil belajar dari siklus I nilai
rata-rata kelas didapat sebesar 65,54%, kemudian meningkat menjadi 71,07 di
siklus II dan 76,61 disiklus III. Dengan demikian
dapat ditarik kesimpulan akhir bahwa optimalisasi penggunaan alat peraga dalam
pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VI di SD Negeri 03 Mulya Kencana Kecamatan Tulang Bawang Tengah
Kabupaten Tulang Bawang Barat Tahun Pelajaran 2016-2017.
Baca juga Penelitiam Tindakan Kelas
Pendahuluan
Latar Belakang Masalah
Kegiatan
pembelajaran IPA mencakup pengembangan kemampuan dalam mengajukan pertanyaan,
mencari jawaban, memahami jawaban, menyempurnakan jawaban tentang “apa”,
“mengapa”, dan “bagaimana” tentang gejala alam maupun karakteristik alam
sekitar melalui cara-cara sistematis yang akan diterapkan dalam lingkungan dan
teknologi. Kegiatan tersebut dikenal dengan kegiatan ilmiah yang didasarkan
pada metode ilmiah.
Alat
peraga pada pembelajaran IPA dapat membantu dalam memperjelas konsep dan
pemahaman konsep IPA yang sedang dipelajari oles siswa SD pada saat
pembelajaran berlangsung. Fungsi alat peraga adalah untuk memperlancar tujuan
dari pelaksanaan pembelajaran di sekolah.
Kenyataan yang terjadi di lapangan
tidak semua guru memanfaatkan alat peraga yang telah ada dalam proses
pembelajaran. Sehingga peran guru menjadi lebih dominan dan buku-buku teks
masih menjadi sumber utama sehingga selama pembelajaran siswa hanya dituntut
untuk membaca materi dan mengerjakan soal yang yang ada pada buku tersebut. Kurang dioptimalkannya
penggunaan alat peraga pada saat pembelajaran berlangsung menyebabkan siswa
cenderung pasif dan potensi siswa menjadi kurang maksimal. Hal ini secara
langsung berdampak terhadap kurangnya pemahaman dan pengalaman belajar siswa
sehingga mengakibatkan hasil belajar siswa menjadi rendah. Salah satu cara untuk mengatasi
permasalahan yang terjadi
yaitu
dengan mengoptimalkan penggunaan alat peraga dalam proses pembelajaran,
sehingga siswa lebih tertarik dan termotivasi untuk mengikuti proses
pembelajaran dengan baik.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah di atas, penulis mengidentifikasi beberapa permasalahan
antara lain: Siswa kurang dapat memahami materi pelajaran dengan baik; Siswa
kurang memperhatikan penjelasan guru; Sebagian siswa tidak dapat menyelesaikan
tugas; Hasil belajar siswa masih rendah.
Analisis Masalah
Berdasarkan
identifikasi masalah di atas, dapat diketahui penyebab siswa kurang menguasai
materi pelajaran dan rendahnya hasil belajar pada setiap pembelajaran
adalah sebagai berikut: Guru cenderung
menjadi satu-satunya sumber informasi, sehingga siswa merasa bosan dengan
pembelajaran yang hanya terfokus pada guru; Penggunaan metode ceramah dan buku
teks lebih dominan; Alat peraga yang digunakan memiliki warna yang kurang
menarik; Kurang dioptimalkannya penggunaan alat peraga dalam pembelajaran.
Rumusan Masalah
Apakah penggunaan alat peraga dapat meningkatkan hasil
belajar IPA siswa kelas VI SD Negeri 03 Mulya Kencana Kecamatan Tulang Bawang
Tengah Kabupaten Tulang Bawang Barat Tahun Pelajaran 2016-2017?
Tujuan
Perbaikan Pembelajaran
Tujuan
yang ingin dicapai dan diharapkan penulis dari perbaikan pembelajaran ini
adalah: Untuk mengetahui penggunaan alat peraga dapat meningkatkan hasil
belajar IPA siswa kelas VI SD Negeri 03 Mulya Kencana; Untuk mengetahui
peningkatan hasil belajar IPA siswa kelas VI SD Negeri 03 Mulya Kencana; Untuk
mengetahui optimalisasi penggunaan alat peraga dapat meningkatkan hasil belajar
IPA siswa kelas VI SD Negeri 03 Mulya Kencana.
Manfaat Perbaikan
Pembelajaran
Manfaat
penelitian perbaikan pembelajaran ini bagi siswa antara lain: siswa lebih bersemangat dalam
mengikuti pembelajaran; siswa dapat memahami materi pelajaran dengan baik;
mempermudah siswa dalam mengikuti proses pembelajaran; menciptakan suasana
kelas yang kondusif dan dinamis pada saat proses pembelajaran berlangsung;
meningkatkan hasil belajar siswa.
Sementara
bagi guru diharapkan agar dapat merancang dan membuat rencana perbaikan
pembelajaran, merefleksi dan merevisi kelemahan dalam pembelajaran yang
dilakukan. Memperbaiki pembelajaran berikutnya dengan memanfaatkan hasil temuan
pada pembelajaran sebelumnya. Dan bagi sekolah, penelitian perbaikan
pembelajaran ini diharapkan dapat bermanfaat demi kemajuan pengalaman belajar
di kelas yang lebih bermakna bagi kehidupan pendidikan khususnya di sekolah
dasar sehingga visi misi sekolah dapat tercapai.
Kajian
Pustaka
Alat
Peraga
Alat
peraga merupakan media pengajaran yang mengandung atau membawakan ciri-ciri
dari konsep yang dipelajari (Estiningsih, 1994:7). Fungsi utamanya adalah untuk
menurunkan keabstrakan konsep agar siswa mampu
menangkap arti konsep tersebut. Sebagai contoh, benda-benda konkret
disekitar siswa.
Dengan
alat peraga itu siswa dapat melihat langsung bagaimana keberaturan serta
memperhatikan pola yang ada di dalam benda. Keberaturan tersebut oleh siswa dihubungkan
dengan keberaturan intuitif yang telah melekat pada dirinya (Ruseffendi,
1990:109)
Dengan
kata lain alat peraga adalah suatu alat pembelajaran yang dapat mengkonkritkan
konsep-konsep pembelajaran yang bersifat abstrak sehingga siswa lebih mudah memahami
pelajaran dengan melihat langsung keberaturan dan pola-pola yang ada di
dalamnya yang pada akhirnya memberikan kesan yang mendalam terhadap diri siswa.
Hasil
Belajar
Hasil
belajar merupakan kulminasi dari suatu proses yang telah dilakukan dalam belajar.
Hasil belajar harus menunjukkan suatu perubahan tingkah laku atau perolehan
perilaku yang baru dari siswa yang bersifat menetap, fungsional, positif, dan
disadari. Bentuk perubahan tingkah laku harus menyeluruh secara komprehensif
sehingga menunjukkan perubahan tingkah laku.
Sedangkan
menurut Dimyati dkk. (2006) (dalam Lapono, 2010:206) dikatakan bahwa hasil
belajar dibedakan menjadi dua, yaitu dampak pengajaran dan dampak pengiring.
Dampak pengajaran adalah dampak yang dapat diukur seperti tertuang dalam rapot,
angka dalam ijazah atau kemampuan meloncat setelah latihan. Dampak pengiring
adalah terapan pengetahuan dan kemampuan dibidang lain, yang disebut transfer
belajar.
Untuk
mengetahui sejauh mana proses belajar mengajar mencapai tujuan pembelajaran
yang diharapkan, maka perlu diadakan tes hasil belajar. Adapun dasar-dasar
penyususan tes hasil belajar yaitu: Tes hasil belajar harus dapat mengukur
apa-apa yang dipelajari dalam proses pembelajaran sesuai dengan tujuan
instruksional yang tercantum dalam kurikulum yang berlaku; Hasil belajar
disusun sedemikian sehingga benar-benar mewakili bahan yang telah dipelajari;
Bentuk pertanyaan tes hasil belajar hendaknya disesuaikan dengan aspek-aspek tingkat belajar yang
diharapkan; Tes hasil belajar hendaknya dapat digunakan untuk memperbaiki
proses belajar mengajar.
Pengertian IPA
Ilmu
pengetahuan alam merupakan terjemahan kata-kata Inggris yaitu natural science,
artinya ilmu pengetahuan alam (IPA). Berhubungan dengan alam atau bersangkut
paut dengan alam, sedangkan science artinya ilmu pengetahuan. Jadi ilmu
pengetahuan alam (IPA) atau science dapat disebut sebagai ilmu tentang alam.
Ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam ini.
Menurut
Rom Harre (Hendro Darmodjo dan Jenny R. E. Kaligis, 1993:4), Science is a
collection of well attested theories which explain the patterns and
regularities among carefully studied phenomena. Bila diterjemahkan secara bebas
artinya sebagai berikut: IPA adalah kumpulan teori yang telah diuji
kebenarannya yang menjelaskan tentang pola-pola keteraturan dari gejala alam
yang diamati secara seksama.
Pendapat
Harre ini memuat dua hal yang penting yaitu Pertama, bahwa IPA suatu kumpulan
pengetahuan yang berupa teori-teori. Kedua, bahwa teori-teori itu berfungsi
untuk menjelaskan gejala alam.
Hakikat
Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
Ilmu
Pengetahuan Alam sebagai disiplin ilmu dan penerapannya dalam masyarakat
membuat pendidikan IPA menjadi penting. Struktur kognitif anak tidak dapat
dibandingkan dengan struktur kognitif ilmuwan. Anak perlu dilatih dan diberi
kesempatan untuk mendapatkan keterampilan-keterampilan dan dapat berpikir serta
bertindak secara ilmiah.
Menurut
Sri Sulistyorini (2007:8), pembelajaran IPA harus melibatkan keaktifan anak
secara penuh (active learning) dengan cara guru dapat merealisasikan
pembelajaran yang mampu memberi kesempatan pada anak didik untuk melakukan
keterampilan proses meliputi: mencari, menemukan, menyimpulkan,
mengkomunikasikan sendiri berbagai pengetahuan, nilai-nilai, dan pengalaman
yang dibutuhkan.
Pembelajaran
IPA di Sekolah Dasar sebisa mungkin didasarkan pada pendekatan empirik dengan
asumsi bahwa alam raya ini dapat dipelajari, dipahami, dan dijelaskan yang
tidak semata-mata bergantung pada metode kausalitas tetapi melalui proses
tertentu, misalnya observasi, eksperimen, dan analisis rasional. Dalam hal ini
juga digunakan sikap tertentu, misalnya berusaha berlaku seobjektif mungkin dan
jujur dalam mengumpulkan dan mengevaluasi data. Proses dan sikap ilmiah ini
akan melahirkan penemuan-penemuan baru yang menjadi produk IPA. Jadi dalam
pembelajaran IPA siswa tidak hanya diberi pengetahuan saja atau berbagai fakta
yang dihafal, tetapi siswa dituntut untuk aktif menggunakan pikiran dalam
mempelajari gejala-gejala alam.
Baca juga Penelitiam Tindakan Kelas
Karakteristik
Siswa Kelas VI Sekolah Dasar
Menurut
Piaget (Sugihartono, dkk, 2008:109), tahap perkembangan berpikir anak dibagi
menjadi empat tahap yaitu: Tahap
sensorimotorik (0-2 tahun);
Tahap
praoperasional (2-7 tahun);
Tahap
operasional konkret (7-11 tahun);
Tahap
operasional formal (12-15 tahun).
Berdasarkan
uraian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk kelas VI Sekolah
Dasar termasuk berada pada tahap operasional konkret dan termasuk pada kelompok
kelas tinggi. Anak kelas VI Sekolah Dasar berpikir secara realistis, yaitu
berdasarkan apa yang ada di sekitarnya. Hal yang perlu diperhatikan oleh guru
IPA, bahwa anak pada tahap operasional konkret masih sangat membutuhkan
benda-benda konkret untuk membantu pengembangan kemampuan intelektualnya. Oleh karena
itu, guru seharusnya selalu mengaitkan konsep-konsep yang dipelajari siswa
dengan benda-benda konkret yang ada di lingkungan sekitar. Salah satu kegiatan
pembelajaran yang memungkinkan anak untuk dapat mempelajari segala sesuatu yang
bersifat konkret adalah pembelajaran dengan menggunakan alat peraga sebagai
sumber belajar.
Hasil
dan Pembahasan
Perbaikan pembelajaran pada setiap siklus
meliputi rencana siklus, pelaksanaan siklus dan refleksi. Dalam rencana siklus,
penulis mengambil langkah-langkah kegiatan yaitu: merencanakan jumlah siklus
yang akan dilaksanakan; Mempersiapkan rencana pembelajaran; Memilih sumber
bahan; Menetapkan alat evaluasi; Menetapkan waktu pelaksanaan pembelajaran dan
menganalisa hasil pembelajaran; Menyusun materi pelajaran yang akan disampaikan
pembelajaran dengan mengumpulkan bahan dari buku paket dan buku penunjang;
Memilih metode yang sesuai; Membuat rencana pembelajaran; Menyiapkan alat
peraga; Berdiskusi dengan teman sejawat tentang rencana perbaikan; Menyiapkan
cara merekan dan menganalisa data berkaitan dengan proses perbaikan.
Langkah-langkah pelaksanaan perbaikan yang penulis tempuh ada
beberapa tahapan, yaitu: orientasi, observasi refleksi dan revisi. Adapun
kegiatan – kegiatan yang penulis lakukan adalah : (a) Menentukan kemampuan awal
siswa, (b) Menetapkan tujuan pembelajaran, (c) Membahas materi pembelajaran,
(d) Diskusi klasikal maupun kelompok, (e) Tanya jawab, (f) Membuat rangkuman
dan kesimpulan materi pelajaran, (g) Melakukan evaluasi, (h) Memberi tugas
tambahan kepada siswa.
Berdasarkan deskripsi temuan dan hasil pengolahan data, penulis merenungkan
dan mengingat kembali apa yang telah dilaksanakan selama pembelajaran pra
siklus, hasil pembelajaran pada satu siklus direfleksikan atau dilakukan
tindakan perbaikan pada siklus berikutnya.
Pembahasan
Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Dari pengolahan
data hasil perbaikan pembelajaran pada siklus I diperoleh informasi sebagai
berikut: 11 siswa dari 28 siswa atau sekitar 39,29% dinyatakan tidak tuntas
karena mendapat nilai kurang dari KKM yang ditetapkan yaitu 65, dan sisanya
yaitu 17 siswa atau sekitar 60,71% tuntas dengan nilai rata-rata kelas mencapai
65,54.
Sementara
pada siklus II mulai tampak ada peningkatan hasil belajar terlihat dari
berkurangnya siswa yang tidak tuntas yaitu 6 siswa atau sekitar 21, 43% saja
dan 22 siswa lainnya atau 78, 57% lulus dengan nilai cukup memuaskan.
Pada siklus III, terlihat peningkatan yang cukup signifikan terhadap perolehan
hasil belajar siswa, yaitu hanya terdapat 3 siswa atau sekitar 10,71% yang
tidak tuntas dan nilai rata-rata kelas meningkat dari 71,07 menjadi 76,61. Hasil ini telah menunjukkan bahwa menggunakan alat peraga dalam pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan dan
pemahaman siswa terhadap
pelajaran.
Kesimpulan dan Saran
Dari hasil analisa data dan
pembahasan dapat disimpulkan bahwa (1) Pembelajaran dengan
menggunakan alat peraga dapat meningkatkan hasil belajar IPA kelas VI di SD
Negeri 03 Mulya Kencana. (2) Hasil belajar IPA kelas VI di SD Negeri
03 Mulya Kencana
meningkat. Hal ini berdasarkan nilai rata-rata siswa pada tiap siklus sebagai
berikut: siklus I 65,54, siklus II 71,07, Siklus III 76,61.
(3) Penggunaan alat peraga IPA kelas VI di SD Negeri
03 Mulya Kencana
adalah baik.
Mengingat
bahwa hasil belajar siswa banyak ditentukan oleh penggunaan alat peraga dalam
pembelajaran, maka disarankan kepada (1) guru mata pelajaran IPA kelas VI di SD Negeri 03 Mulya Kencana Tulang Bawang Barat agar dalam pembelajaran selalu menggunakan alat peraga sehingga siswa dapat memahami materi
pelajaran dengan baik. (2) siswa agar memperhatikan dan berpartisipasi aktif
dalam setiap kegiatan pembelajaran.
Daftar Pustaka
Tim FKIP-UT. 2014. Pemantapan Kemampuan Profesional. Banten:
Universitas Terbuka. Cet.7; Ed.2
Anitah W., Sri, Dkk.
2014. Strategi Pembelajaran di SD.
Tangerang Selatan: Universitas Terbuka. Cet.17; Ed.1
Wardani, Igak. 2014. Penelitian Tindakan Kelas. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka. Cet.20; Ed.1
Sumantri, Mulyani,
2014. Perkembangan Peserta Didik.
Tangerang Selatan: Universitas Terbuka. Cet.8; Ed.1
Sapriati,
Amalia, Dkk. 2014. Pembelajaran IPA di SD.
Tangerang Selatan, Universitas Terbuka. Cet.17; Ed.1
Posting Komentar untuk "Karya Tulis Ilmiah (Jurnal) Optimalisasi Penggunaan Alat Peraga"
komentar yang bersifat membangun sangat saya harapkan